Sabtu, 22 November 2014

Surat Cinta #part2

Selamat malam Minggu! Yap, berhubung malam ini masa depan gue (read: RIO HARYANTO) lagi balap di Yas Marina grand final GP2 dan signal gue jelek buat streaming, Indonesia vs Vietnam lagi main dan gue ga punya TV buat nonton, gue memilih buat ngeblog aja. Lagian gue capek nulis laporan praktikum mulu. Refreshing bentar...

Setelah mendapat respon yang bagus mengenai surat cinta pertama yang gue post beberapa minggu lalu, gue berniat untuk tulis part 2 nya. Kali ini gue ga bakal terlalu puitis. Iseng sih, kali aja dibaca sama orangnya. Semoga bisa menghibur dan menariknya dari segala kesibukan yang menyita, tersenyum sejenak, dan kembali lagi dengan perasaan yang lebih baik.


Kepadamu yang menjadikanku berwarna...
 
Aku adalah kanvas hitam yang kelam, yang hanya bisa diwarnai dengan merah, putih, dan abu-abu. Yang terlalu apatis atau mungkin takut pada warna lain. Tapi, sekarang biru perlahan mewarnaiku, membuatku setenang laut, seindah langit, membuatku merasa lebih baik. Terima kasih.

Detik adalah waktu yang perlahan mengikis masa, menjerat semua pertanyaanku tentang dirimu, kabarmu. Membuatku meraba pada tiap pagi buta yang sunyi, sepi. Berharap Tuhan masih menggoreskan keindahan itu di wajahmu, keindahan yang kusebut senyuman. Menghapus lingakaran hitam di mata yang indah itu.

Aku masih berharap malam membelai lembut wajahmu, semilir angin membawamu terlelap, membiarkan cahaya rembulan mengahangati tubuhmu, dan kelap-kelip bintang mengiringi tidurmu. Lepaskan dirimu dalam dunia mimpi yang bisa kamu atur. Bermainlah. Berlarilah. Tertawalah. Jika tangis menggores nyatamu, bersandarlah pada banyangku. 

Aku masih berharap pagi membawamu kembali. Kicauan merdu burung kecil membangunkanmu. Oksigen pagi yang kau hirup menyeimbangkanmu. Tersenyumlah di pagi itu, agar aku bisa melihatmu. Aku bisa merasakanmu. Bergegaslah pergi, karena tanyaku menunggumu di sini.

Sedangakn aku...

Mataku terlalu pintar untuk pura-pura terpejam, tubuhku memintaku untuk tidur tapi, pikiranku masih melayang bersamamu. Bertanya apakah kamu juga terbaring di atas kasur empuk dan terlelap. Aku tak semudah itu untuk tidur. Aku mengkhawatirkanmu yang pulang terlalu larut, khawatir.

Pagiku penuh dengan harap, harap akan pencapaian, rencana, masa depan, kamu. Yah, karena kamu adalah salah satu alasan kenapa aku masih bertahan. Meski terkadang dalam gelapnya malam, tangis tak terbendung, tumpah, pecah, rapuh. Sejenak kutangisi diri, kemudian bayangmu menghampiri seolah merangkul dan berkata, "Aku masih bertahan sejauh ini. Kamu harus bisa lebih baik dari apa yang aku lakukan. Semua ini belum ada apa-apanya. Bangkit!" dan bayangmu pergi seiring dengan air mata yang mulai mengering. Kamu adalah penyemangat.

Aku masih memiliki hati yang tak bertuan. Yang menunggu untuk dibuka oleh orang yang tepat. Entah siapa. Tapi satu jeritan menyadarku akan dirimu. Mungkinkah kamu yang memilikinya? Yang selama ini tersesat saat pencarian? Atau mungkin semua ini akan sama saja? Entahlah.

Apa yang lebih indah daripada satu kesempatan yang digunakan dengan baik? Saat aku berhasil menyapamu, berhasil memastikan kamu baik-baik saja, berhasil mengobati rindu yang menggerogoti jiwa. Ah, semua tentangmu terlalu indah.

Meskipun, terkadang aku bahkan terlihat apatis saat berpapasan denganmu. Kadang senyum pun tak pernah terlukis. Bibir membisu tak sanggup menyapa. Aku tak sepintar itu untuk berpura-pura baik-baik saja saat dihadapanmu. Tapi percayalah, ketika mata kita saling beradu tatap dan sesegera mungkin kita mengalihkan pandangan, jantungku sesaat berhenti berdetak.

"***** is writing message..." adalah hal paling sederhana yang membuatku bahagia. Tentu. Tahukah kamu, aku mempertimbangkan segala macam kemungkinan ketika aku berniat untuk memulai. Semua selalu menyeretku untuk mundur. Aku tak setangguh itu. 

Nyatanya...

Aku tak pernah berani menyapamu. Aku takut semua yang kulakukan terlihat agresif. Lalu aku hanya bisa diam dan seperti yang kamu lihat sekarang. Terkadang aku membayangkan bagaimana rasanya bicara langsung denganmu. Tapi apa daya? Bahkan melihat teman-temanmu saja aku terlalu takut. Cara mereka melihatku seolah-olah aku hina. Aku membatasi diri. Maaf aku mengganggumu.

Siapa aku?

Aku bukan siapa-siapa yang peduli pada makhluk indah sepertimu. Aku sadar diri. Aku bukan gadis dengan perawakan seperti model, dengan senyum yang memikat, yang tatapannya teduh, yang fashionable, anggun, lembut. Aku hanya aku. Tapi aku sedang belajar untuk merubahnya perlahan, menjadi lebih baik.

Tapi...

Aku masih mendoakan yang terbaik untukmu. Aku ingin cepat melihatmu mengenakan toga dan tersenyum bangga. Semua urusamu dimudahkan Tuhan. Mendapatkan pekerjaan yang kamu idamkan. Amiiin. Meski aku tau, aku tak mungkin lagi melihatmu. Karena aku belajar merelakan, yang terbaik pasti akan pulang.

Tapi, kini ku kembali dalam sosok mikro yang kasat mata karena ku tau kini waktu memang membunuh. Aku tak berharap lebih, hanya ucapan terima kasih. Tapi, paling tidak biarkan aku menjadi oksigen yang kau hirup, yang sesaat terabaikan, tapi terus kau butuhkan. Mengalir dalam darah dan sampai ke otakmu, biar bisa terus kuseimbangkan dirimu dalam diamku.

dari seseorang yang mengagumimu.

3 komentar:

  1. jomblo kok buat surat cinta-_- 2 part lagi hoho

    BalasHapus
    Balasan
    1. biar jomblo juga musti kreatif mah, biar ge kaliatan kali mblones nya -_-

      Hapus

Yap, terimakasih telah berkunjung. Jangan lupa comment ya, make sure you give a sign, so I can visit you back xoxo