Senin, 19 Januari 2015

Asdos Oh Asdos...


Banyak hal yang terjadi saat dan sesudah UAS  dan itu benar-benar menguji kesabaran. Gue mencoba untuk tenang selama UAS. Gue belajar selayaknya seorang mahasiswi yang baik, gue tetap beribadah dan melakukan hal normal seperti biasa.

Gue tidak lagi menerapkan sistem yang sama seperti saat SMA. Dulu gue cenderung ga belajar, gue cuma bolak-balik halaman dan membaca sekilas. Seperti yang pernah dikatakan paman gue, “Ujian jangan dibawa stress. Yang penting kamu tidur yang cukup”. And it really worked, I got almost A in every subjects. Idk why, it just like a miracle. 

Sekarang gue pake sistem baru, “baca dan catat”. Gue bukan mesin fotocopy yang bisa menjiplak semua huruf dan angka persis seperti di buku. Asal gue paham dan mengerti apa maksudnya gue bakal lanjut ke materi berikutnya. Gue tau kalo gue payah dan parah banget dalam menghapal, jadi gue cenderung baca lalu gue bikin rangkuman sendiri. Itu membuat gue ga perlu bawa buku tebal bin berat, semakin tebal buku yang gue lihat sebelum ujian, gue bakal semakin mules. Jadi beberapa lembar HVS sudah mewakilkan semuanya. It worked!

Menurut gue penampakan wajah dosen bukan pemandangan yang bagus. Gue benar-benar merasa bukan “diri gue yang sebenarnya” selama kuliah. Dulu gue aktif di kelas, gue harus berani mengutarakan dan itu selalu berhasil bikin gue dipertimbangkan oleh guru.

Ini tidak berlaku di kuliah. Tidak perlu dijelaskan bagaimana suasana di kelas karena gue benar-benar eneug kalo harus mengingat semua tentang pelajaran disaat liburan di ambang pintu.

Balik lagi dengan penampakan dosen. Gue mempersiapkan mental untuk tetap cool saat mengerjakan soal. Gue bakal bikin dosen yang ngawas mikir, “Wah, tenang sekali anak ini. Pasti dia sudah belajar mati-matian. Dia harus diberi apresiasi”. Dan gue berharap dosen tersebut bakal meletakkan huruf “A” di setiap mata kuliah.

Ekspektasi terkadang tidak sejalan dengan realita. Tidak semua mata kuliah si empunya yang ngawas, dan yang paling “oh Tuhan” banget yang ngawas adalah asdos.

Menurut teman-teman, mereka lebih suka asdos yang ngawas karena itu bikin mereka lebih relax, berasa diawasi oleh kakak dan abang sendiri. Itu TIDAK BERLAKU buat GUE. Dulu, sebelum gue masuk kuliah, mas kiki pernah memberi gue materi dasar. FYI, jangan pernah biarkan gue dan mas kiki dilibatkan dalam suatu topik atau kita bakalan kayak batu sungai yang gede terus saling mengantukkan diri. Gue benci melihat bagaimana mas kiki terihat lebih pintar dan mas kiki senang melihat gue terlihat lebih bodoh. Mungkin DNA kita ga cocok (?)

Masalahnya mata kuliah yang justru diawasi oleh asdos adalah MATEMATIKA I. Pada saat yang sama gue bener-bener pengen mati aja. Gue kaget waktu tau sepasang asdos yang masuk ke kelas. Wajah teman-teman pada bahagia, sedangkan gue justru melongo kaget dan gue tercekik, gue pengen minum air sebanyaknya tapi air minum gue habis. Ayolah, ini matematika. Semua orang tau bagaimana gue ga suka matematika. Maaf. Ceritanya pasti bakal beda kalo sepasang asdos ini ngawas makul Bahasa Indonesia.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan sepasang asdos yang gue yakin kami sekelas bakal bilang KETJEH! Mereka serasi dan terlihat bagaikan malaikat turun dari surga, tapi gue lebih melihat ini sebagai malaikat kematian. 

Gue grogi, tentu saja. Bayangan mas kiki tiba-tiba muncul dan menertawakan gue. Gue kesal dan ini membuyarkan konsentrasi. Tapi anehnya, gue mengerjakan soal lebih cepat dari biasanya, mengingat gue tidak suka matematika. Gue menoleh kesamping melihat si jago matematika hanyut dalam dunianya sendiri, sedangkan gue udah selesai. “Wah, asdos ini memberi gue kekuatan”, pikir gue. Tapi tetap saja ada soal yang tidak gue kerjakan karena gue tidak tau mau jawab apa. Soal semacam ini pernah gue kerjaan sekitar satu bulan yang lalu. Lupa.

Mulanya gue berharap asdos cewek bakal tinggal dan ga kemana-mana, karena kita tau kalo cewek lebih telaten dan sabar kalo urusan beginian, tapi sekali lagi ekspektasi berbanding terbalik dengan realita. Asdos cewek pergi menghilang dan tinggallah yang cowok sendirian. Pengen rasanya gue duduk disamping asdos itu dan bilang, ”YOU NEVER WALK STAY ALONE” kayak jargonnya Liverpool tapi itu bakal bikin gue dilempar pake soal karena menurut prediksi gue dia suka Arsenal haha canda ding…

Suara tawa mas kiki masih terdengar, sisa waktu masih banyak. Si asdos kece mulai menjalankan absensi. Gue berharap absen itu jalan sendiri sebagaimana biasanya tanpa dia harus ikut berjalan dengan absen itu. Gue seperti punya radar kalo dia bentar lagi nyampe ke bangku gue dan gue semakin grogi, beberapa kali pena gue jatuh dan tangan gue gemetar hebat. Dari awal gue ga sanggup memegang pena, napas gue tercekat, gue haus banget, tapi gue juga pengen pipis dan mules, parahnya maag gue kambuh, entah apa penyebabnya, mungkin gue takut. 

Tibalah asdos itu di meja gue. Mampus! Padahal ini sangat mudah, tanda tangan absennya, tersenyum pada asdos dan ucapkan terima kasih. Yang ada malah gue ga ngelihat wajah si asdos, gue SOK stay cool, mencoba mengisi absen dan parahnya karena gue grogi plus gemetaran, gue jadi lupa tanda tangan gue sendiri. Konyol emang, tapi ini sumpah beneran terjadi. Gue harap asdos itu tidak melihat bagaimana tangan gue gemetar hebat. Habislah gue!

Setelah menahan pipis hampir sejam, gue nyerah, gue memberanikan diri buat permisi. Si asdos sih asik-asik aja, gue pengen mampus lari ke toilet. Lega coy lega. Gue melirik jam tangan Al yang melingkar dengan terpaksa di pergelangan tangan gue, kamvret! Masih ada sejam lebih lagi. Gue memilih balik lagi ke kelas.

Gue mecoba menenangkan diri dengan menggambar di balik soal. Gue mencari objek gambar yang bagus. Dan sepertinya asdos itu cukup menarik. Lagi asik-asiknya menggambar, gue mulai dengar suara pena yang dimainkan, gue melihat ke sekeliling, ternyata si asdos. Gue lanjut gambar. Tiba-tiba bunyi suara kunci jatuh beberapa kali. Ternyata asdos itu lagi. Sekali lagi asdos itu bertindak aneh maka gue akan turun tangan. 

Tetiba gue mendengar suara siulan. Siualan yang diajarkan Rue kepada Katniss di Hunger Games, itu juga kalo gue ga salah dengar. Sontak kepala gue tegak dan mencari sumber bunyi itu, dan ternyata itu dari si asdos juga, baru mau gue tegur, “Bang, bisa lebih tenang ga?” dia malah ngeliat gue duluan dan nyali gue ciut. Gue cetek? Emang.

Gambar gue pun selesai. Hasilnya parah banget, biasanya gue bisa gambar jauh lebih baik dari pada ini. But who cares? setidaknya gue udah bisa tenang. Beberapa dari kami sudah mengumpulkan jawaban dan gue tertarik untuk ikut mengumpulkan. Sialnya, kertas soal juga di kumpul. Asdfghjkl! Gue ga sempat menghapus gambar dibalik soal itu. Gue harap asdos itu tidak menyadarinya dan meloloskan gue.

Semenjak itu, gue takut ketemu sepasang asdos itu, khususnya yang cowok, mengingat gue sangat bodoh. Gue juga curiga kalo dia yang mengoreksi hasil ujian kami dan tamatlah gue! Dia bikin gue pengen mati lagi. Dia bisa saja memeriksa punya gue dan melihat nilai gue yang payah dan ketika bertemu gue dia bisa melayangkan tatapan “bodoh sekali anda”seperti yang biasa di lakukan mas kiki. 

Tapi ini memberi gue pelajaran. Gue tidak lagi menggambar di belakang soal, pena gue tidak lagi jatuh,dan gue ingat bagaimana bentuk tanda tangan gue. Terima kasih.

1 komentar:

  1. Eh ada nama saya kakak *salah fokus*. Ngahahaha gara-gara si doi dikau jd kek gitu nak. seng sabar nggeh

    BalasHapus

Yap, terimakasih telah berkunjung. Jangan lupa comment ya, make sure you give a sign, so I can visit you back xoxo