Minggu, 05 April 2015

KOALA KUMAL "Cerita Patah Hati"

Udah punya bukunya kan?
Jadi, ceritanya gue baru baca Koala Kumal setelah 4 bulan terbit, dan parahnya ini juga dipinjamin sama Annisa. Yah, kadang yang gratisan jauh 'lebih enak'. Sekarang gue pengen memberikan pendapat gue tentang beberapa part kesukaan gue  di buku ini.

Ga butuh waktu lama untuk membaca buku ini. Cukup sekali duduk sambil nungguin bloodmoon, buku ini pun kelar gue baca. Ada hal yang beda dari buku ini, awalnya gue berpikir bakal tertawa terbahak-bahak di setiap halamannya, lha ini gue malah jadi mikir. Mungkin gue terlalu baper. Mungkin.

Karena buku ini pinjaman (Once again, thanks Annisa) maka gue rasa cukup penting mencatat beberapa quote favorite gue. 

"Maka, ketika dia sudah tidak bisa mencintai, mungkin dia tidak harus berurusan dengan hal-hal yang berhubungan dengan cinta. Seperti misalnya, mantan pacar yang masih sering ketemu"

Gue terdiam, berhenti membaca, wajah mantan melintas di kepala gue. Gue dan mantan udah kaya punya ritual enam bulan sekali buat ketemuan bareng teman-teman yang lain. Dulu gue pasti mati-matian buat ga baper setiap ketemu. Gue juga sempat mikir setelah bertahun-tahun kita pisah, masing-masing kita udah banyak berubah. 

Sempat kepikiran, "Apa gue harus tidak bisa mencintai lagi baru gue bisa berhenti berurusan dengan hal-hal yang berhubungan dengan cinta?"  Hmmm... Kayaknya hidup ga seribet ini, deh.

"Tapi itu yang susah, sih, kalau jatuh cinta diam-diam, soalnya kita akan selamanya cuma ngebaca tanda-tanda yang ga jelas. Ujung-ujung bisa disangka GR"

Miris. Sekali lagi gue ingatin, jangan suka baper kaya gue. Ketika doi keluar di TL dengan 'listening to'-nya jangan langsung ngerasa dia lagi ngode lo. Cobalah untuk stalk beberapa cewe yang kemungkinan dekat sama dia. Kalo cewe itu ngebalas statusnya dengan mengode doi, berati listening to-nya bukan buat lo, dasar jom...blo!

"Semua orang pasti pernah patah hati. Dan itu, lebih menyakitkan dari jurit malam mana pun yang pernah kita lewatin"

Pernah ngerasain jurit malam, ga? Gue pernah. Ketika nyawa lo belum ngumpul dan lo mendapat tekanan yang mantab binggow. Gue ga suka di jurit. Gue harap, ketika gue udah jadi senior nanti gue ga pelu repot-repot ngelakuin hal ini, even though ini cukup penting. Dan patah hati, gue setuju kalo ini lebih menyakitkan dari jurit malam. Which is lo ga bakal pernah bisa menyalahkan siapa pun, dan ga berhak buat benci siapapun. Semua seolah-olah seperti salah... lo.

"Semakin gue kenal sama dia, gue semakin ngerasa cocok. Lalu, gue jatuh cinta sama dia dengan cara seperti ini: awalnya pelan-pelan dan akhirnya sekaligus"

Kehidupan kuliah membuka sisi lain dari diri gue. Teman gue dulu suka banget memvonis gue, "Lo kayaknya bakal jatuh cinta sama banyak orang dalam waktu yang bersamaan, deh, Sis". Tapi, setelah bertemu dia, kayaknya kutukan itu patah. Jujur awalnya gue ga niat sama sekali untuk kenal sama senior ini, males. Gue anggap angin lalu, tapi semenjak saat itu, gue yang awalnya ga nyampe separuh hati malah sekarang habis-habisan jatuh cinta. Hati gue udah habis buat dia doang. Mata gue buta buat ngeliat yang lain. Dia udah kayak yang paling sempurna, padahal setiap hari gue bisa nemu kekurangannya, tapi di sisi lain, ini membuat gue merasa, "Biarkan gue melengkapi kekurangan lo".

"Gue merasa bahwa untuk pertama kalinya dalam hidup gue, gue ngerasa yang namanya berjuang untuk cinta... Cinta itu ternyata faktor motivasi yang mujarab"

Dulu waktu SMA, ada satu orang yang membuat gue belajar mati-matian biar bisa nembus univ di Jabar, Malaikat. "Saya percaya kok, Bu, Siska bisa kuliah di sana. Siska kan, pinter" dan senyum simpul itu masih bisa gue ingat dengan jelas. The last time dia nyemangatin gue, dan alhamdulillah gue lulus di Bandung dan Bogor itu memupuk semangat gue bahwa "Kayaknya Tuhan ngizinin deh, gue dewasa di kota yang sama dengan dia".

Beda sama malaikat, senior yang satu ini mengubah cara gue untuk jatuh cinta. Ketika gue berhasil suka sama satu orang saja dan total banget. Ini pertama kaligue habis-habisan jatuh cinta. Gue ga kayak biasanya. Dan di sini jugalah semua yang gue lakukan (sepertinya) diabaikan.

Dia sekarang di Bogor. Andai saja gue dulu lebih memilih Bogor, mungkin sekarang gue ga perlu merindu. Lucu deh kayaknya kalo kami ga saling kenal, dan mungkin aja gue ga perlu "pura-pura". Karena kayaknya, hidup ga sepura-pura itu, deh.

Dan di part terakhir... Gue ingat nyokapnya bang Dika bilang istilah untuk orang yang pernah patah hati itu dengan kata "dewasa".

So, kayaknya gue udah cukup dewasa.

2 komentar:

  1. Aduuuh seng sabar yo ndook�� sampai segitunya ceritain tentang pengalaman cinta mu��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaaa kakak, makasih ya udah berkunjung. hehe iya kak,miris kali hidup aku di sini :')

      Hapus

Yap, terimakasih telah berkunjung. Jangan lupa comment ya, make sure you give a sign, so I can visit you back xoxo